Harapan Ekonomi Indonesia di Masa Mendatang


OLEH ASEP YANA YUSYAMA

Telah kita ketahui bahwa banyak kalangan yang memprediksi bahwa ekonomi Indonesia di masa mendatang memilki potensi luar biasa selain ekonomi China. Sebagai negara yang kaya sumber daya alam, memang sudah selayaknya ekonomi Indonesia maju sejak dulu. Entah penyebab apa yang membuat ekonomi kita sejak lama terpuruk, yang jelas tolok ukur maju atau tidaknya suatu ekonomi bangsa dapat terlihat dari pendapatan perkapita diimbangi dengan kesejahteraan masyrakatnya. Namun Ironis, di Indonesia tingkat tarap hidup masyarakat masih sangat memprihatinkan, apalagi yang hidup pada strata sosial bawah.
Tidak ada yang dapat dipersalahkan dalam hal ini, namun bukankah berdirinya suatu negara diperuntukkan salah satunya guna mensejahterakan rakyat? Akan tetapi kita sebagai warga negara yang baik patutlah optimis dengan kondisi demikian yang menghimpit ini. Pasalnya seiring berkembangnya zaman, tuntutan untuk menjadi negara yang memilki kekuatan ekonomi besar tentulah Indonesia berpotensi. Hal tersebut sudah terlihat semakin meluasnya pemerataan pembangunan dalam sektor infrastruktur baik tataran kota hingga desa walaupun masih belum maksimal.
Usaha pemerintah dalam memperbaiki tingkat ekonomi yang mampu bersaing dengan dunia global terus ditingkatkan. Hal itu tercermin pada semakin meningkatnya pendapatan perkapita Indonesia. Bandingkan antara tahun 2010 dan 2011 saja persentasenya meningkat Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pendapatan per kapita Indonesia akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-3.600, lebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.005. Perkiraan itu didasarkan pada kinerja pertumbuhan ekonomi yang konsisten saat ini. Pada triwulan II-2011, pertumbuhan ekonomi nasionalmencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan dibandingkan triwulan sama 2010 tumbuh 6,5%.
(http://indonesiacompanynews.wordpress.com).
Tahun ini keyakinan naiknya pendapatan ekonomi nampaknya akan menjadi kenyataan kembali. Menteri Perekonomian Indonesia menargetkan tahun ini mencapai 6,5%, dan hal tersebut akan mudah dicapai jika kerjasama, sektor perekonomian preimer, UMKM, eksport import kita tanpa hambatan.

BERKACA PADA SEJARAH
Kondisi Ekonomi di masa dulu tentu berbeda dengan sekarang. Jika dulu pada zaman perkembangan pasca kemerdekaan masih mengedepankan konsep dan tidak mengutamakan kondisi riil (praktik).sebagai contoh saja Bung Hatta mendirikan koperasi, namun pada kenyataannya keadaan koperasi aman sekarang makin terpuruk, dengan adanya koperasi tidak memberikan solusi tentang keadaan ekonomi rakyat. Tidak hanya itu, dahulu memang kondisi kita yang sedang merekonstruksi bangunan bangsa yang baru saja merdeka. Hal tersebut menjadi bukti bahwa betapa para Founding Father kita benar-benar tidak menginginkan ketergantungan pada pihak manapun, apalagi terhadapnegara-negara kolonial-imperialis, dan hal tersebut dibuktikan oleh Bung Karno dengan statmentnya yang menggelegar dan kobaran semangat dalam pidatonya yakni, “Kita harus menjadi Bangsa yang Berdikari”.
Ekonomi Indonesia di masa sejarah memilki reputasi kurang cemerlang. Barulah ketika zaman Orde Baru ekonomi Indonesia mengalami perkembangan pesat. Hal tersebut tak terlepas dari peranan politik luar negeri yang menjalin kerjasama baik bilateral maupun multilateral dengan negara kita. Sektor pembangunan infrastruktur guna mendukung kelancaran proses perekonomian juga berjalan sangat signifikan.
Ketika itu Pak Soeharto memilki pandangan berbeda dengan Bung Karno mengenai ekonomi dan pembangunan. Jika Bung Karno sangat anti kaum Imperialisme-kolonialisme, karena bung Karno berpikir bahwa jika sekali penjajah tetap penjajah. Lain halnya dengan Pak Soeharto yang merasa penting jika untuk memajukan sebuah pembangunan ekonomi yang berprinsip harus bergaul dengan negara maju (Eropa). Dan memang terbukti, masyarakat pun sendiri yang merasakan langsung manfaatnya betapa majunya ekonomi Indonesia pada waktu itu. Namun hal demikian ternyata ada pula dampak negatifnya, yakni, para investor-investor asing menguasai secara besar-besaran sumber daya Indonesia dan dampaknya masih terasa hingga sekarang. Sebut saja yang sekian lama menjadi polemik ialah perusahaan Free port di Papua. Perusahaan tambang emas terbesar di dunia tersebut omsetnya sangat menggiurkan, kendati demikian pihak Amerika enggan merelakan tanah Free port ke tangan kita karena penghasilannya mencapai nominal 99% masuk ke perusahaan Amerika tersebut, dan 1% masuk pada kantong kita. Sungguh hal tersebut sangat ironia. Bayangkan saja jika perusahaan Free port tersebut dikelola 100% oleh tangan kita, niscahya akan bertambah pendapatan Indonesia, begitu halnya dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya di Indonesia yang hampir seluruhnya dikuasai asing.

SAATNYA MELEJIT MENATAP MASA DEPAN CERAH
Bagi seorang atau sebuah bangsa sekalipun yang selalu memilki pemikiran optimis tentu ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya atau pun paling tidak jika ia gagal tentu akan menerima dengan lapang dada karena telah berusaha semaksimal mungkin. Di masa mendatang ekonomi Indonesia yakni akan menjadi raja bagi negara-negara Asia. Semua pihak harus memilki keyakinan dan mendukung sepenuhnya harapan bersama itu agar Indonesia mudah untuk mencapainya. Persaingan dalam dunia pasar tentu sangat membutuhkan ekstra target pencapaian yang harus dicapai oleh pemerintah.
Dengan adanya persaingan ekonomi global membuat negara kita mendapatkan tantangan luar biasa untuk mencapai titik persaingan yang mampu mencapai target yang diharapkan. Meminjam teori Adam Smith, secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori ekonomi klasik. Dalam analisisnya, Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum alami. Secara nyata. (http://carapedia.com.)
Secara kenyataan, ajaran ekonomi klasik yang dikembangkan oleh Adam Smith, dikembangkan juga sistem ekonomi liberal-kapitalis yang lebih mempercayakan perekonomian pada pasar ketimbang perencanaan-perencanaan oleh pemerintah. Di Indonesia telah sekian lama mengikuti perekonomian ekonomi liberal, karena hanya dengan demikian mampu bergaul dengan negara lain dalam konteks kerja sama ekonomi.
Ekonomi Indonesia jika ingin maju, maka senantiasa harus selalu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Karena, secara hakikat Tuhan telah menganugerahkan negeri Indonesia yang kaya raya juga harus diimbangi dengan pemeliharaan dan pemanfaatan yang efektif. Cara pemeliharaan dan pemanfaatan yang efektif salah satunya dengan cara seluruh sumber daya alam dikelola seutuhnya oleh tangan kita sendiri, hal tersebut sebagai wujud usaha dalam rangka tidak semakin terpuruknya sumber daya kita akibat ulah tangan-tangan nakal yang memilki maksud dan tujuan terselubung semata-mata untuk menggerogoti keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dengan demikian negara Indonesia dapat tergolong sebagai negara yang padai bersyukur dengan pemberian Tuhannya.

BIODATA PENULIS:
Asep Yana Yusyama, tinggal di Padarincang Serang. Saat ini tercatat sebagai salah satu pengajar di Pondok Pesantren Modern Assa’adah Cikeusal Serang. Selain itu ia juga masih tercatat sebagai Mahasiswa FKIP Untirta semester akhir.       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU, KARYA, DAN KETELADANAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI

opinion